Tuesday, 19 January 2010

Proyek Air Minum Umbulan Tak Diminati Investor

http://www.terrasys.biz
http://www.terrasysenergy.com

SURABAYA Proyek pengadaan air minum melalui mekanisme kerja sama pemerintah swasta (KPS) di wilayah Umbulan, Jawa Timur, tak diminati investor. Investor enggan menggarap proyek itu karena dinilai kurang menguntungkan dari sisi bisnis.

Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf menuturkan, proyek tersebut sebenarnya digagas Pemprov Jawa Timut agar jaringan air minum bersih di provinsi tersebut kian meluas sehingga bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. Namun, dari hasil penjajakan pasar yang dilakukan Pemprov Jatim, minat investor nyaris tidak ada. "Tak ada inves­tor yang berininat, ini karena pro­yek dianggap tak menguntungkan secara bisnis," jelas dia di Surabaya, Senin (11/1).

Menurut dia, sesuai hasil audit tim independen dari Australia, investasi yang harus dikeluarkan investor untuk menggarap proyek tersebut terlalu besar dan tidak sebanding dengan tarif yang mungkin akan diberlakukan. Untuk membangun pipa utama dari Pasuruan hingga Su­rabaya saja butuh dana Rp 1,5 triliun. Jika ditambah dengan distribusi ke pelanggan, angkanya menjadi Rp 2,4 triliun.

Syaifullah menjelaskan, dengan besaran investasi tersebut, air yang bersumber dari mata air Umbulan jika dialirkan ke Surabaya harus dihargai Rp 10.000 per meter kubik, padahal kemampuan masyarakat hanya Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per meter kubik.

"Ini jelas tak menguntungkan in­vestor, apalagi investor masih harus berbagi pendapatan dengan Pem­kab Pasuruan. Selain itu, tarif air mi\parnum di Jawa Timur belum kompetitif, baik di Surabaya, Sidoarjo, maupun Gresik. Kalau investor di Urn­bulan pasang harga Rp 10.000, padahal air dari PDAM lain di bawah itu, apa ada yang mau," jelas dia.

Minta Subsidi Untuk mengatasi persoalan tersebut, Pemprov Jatim akan melobi pemerintah pusat agar mau mem­berikan subsidi atas biaya penyelesaian infrastruktur proyek tersebut. Pemerintah pusat diharapkan memberikan subsidi dalam pem­bangunan pipa distribusi primer, dengan begitu proyek tersebut bisa menguntungkan dari sisi bisnis.

"Kalau nanti subsidi itu bisa cair, bisa jadi malah proyek itu tak harus ditawarkan ke investor swasta. Bisa saja dikelola sendiri oleh Pemprov Jatim melalui BUMD," ujar dia.

Dia menjelaskan, dengan adanya subsidi untuk pembangunan pipa distribusi primer, tarif air minum ke pelanggan bisa ditekan hingga menjadi sekitar Rp 5.000-6.000 per meter kubik. Dengan dikelola BUMD, Pemprov Jatim, pun bisa memberikan subsidi tarif antara Rp 1.000 hingga Rp2.000 per meter kubik.

"Jadi tarif ke pelanggan mungkin tinggal Rp 4.000 per meter kubik. Kalau begini, kami yakin pelanggan banyak yang berminat," jelas dia.

Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto meng­instruksikan Pemprov Jatim agar segera mengupayakan mata air Umbulan bisa dinikmati masyarakat. Dengan kapasitas 4.000 liter per detik, mata air Umbulan bisa dinikmati satu penduduk di Pasuruan, Sura­baya, Sidoarjo, dan Gresik. (ros)

No comments:

Post a Comment